Senin, 28 Mei 2012

Wanita Yang Masuk Neraka karena Seekor Kucing

Pengantar

Hati yang keras dan tabiat yang buruk bisa menjerumuskan pemiliknya ke dalam neraka. Hal itu karena ia kosong dari kasih sayang yang membuatnya tidak peduli terhadap apa yang dia lakukan kepada orang lain, maka ia membunuh, memukul, dan merusak. Dengan itu, mereka mencelakakan diri mereka disebabkan apa yang mereka lakukan kepada orang lain. Di antara mereka ada seorang wanita yang diceritakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dia mengurung seekor kucing sampai ia mati kelaparan dan kehausan. Karena perbuatan itu dia pun masuk neraka.


Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Umar dari Nabi bersabda, "Seorang wanita masuk neraka karena seekor kucing yang dia kurung sampai mati. Dia masuk neraka karenanya. Dia tidak memberinya makan, dan minum sewaktu mengurungnya. Dia tidak pula membiarkannya dia makan serangga bumi."

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah melihat wanita yang mengikat kucing ini berada di neraka manakala beliau melihat surga dan neraka pada shalat gerhana. Dalam Shahih Bukhari dari Asma' binti Abu Bakar bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Lalu neraka mendekat kepadaku sehingga aku berkata, 'Ya, Rabbi, aku bersama mereka?' Aku melihat seorang wanita. Aku menyangka wanita itu diserang oleh seekor kucing. Aku bertanya, 'Bagaimana ceritanya?' Mereka berkata, 'Dia menahannya sampai mati kelaparan. Dia tidak memberinya makan dan tidak pula membiarkannya mencari makan.'" Nafi' berkata, "'Menurutku dia berkata, 'Mencari makan dari serangga bumi.'"
Muslim meriwayatkan hadis Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang melihat seorang wanita yang mengikat kucing berada di neraka, dari Jabir. Di dalamnya terdapat keterangan bahwa wanita itu berasal dari Bani Israil. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa wanita itu berasal dari Himyar.
Takhrij Hadis

Hadis tentang kucing dalam Shahih Bukhari dalam Kitab Bad'il Khalqi, bab jika lalat jatuh ke dalam bejana salah seorang dari kalian, 6/356, no. 3318. Dan dalam Kitab Ahadisil Anbiya' no. 3482. Dan dalam kitabul Musaqah, bab keutamaan memberi minum, 5/41, no. 2365.
Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah dan Abdullah bin Umar dalam Kitabus Salam, bab diharamkannya membunuh kucing (4/1760, no. 2242-2243).
Hadis tentang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melihat seorang wanita yang mengikat kucing diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahih-nya dalam Kitabul Adzan dan Asma' binti Abu Bakar (2/231, no. 745) dan Kitabul Musaqah Abdullah, keutamaan memberi air minum, (5/41, no. 2364).
Adapun riwayat Muslim tentang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melihat wanita yang menyiksa kucing terdapat dalam Kitabul Kusuf, bab apa yang diperlihatkan kepada Rasulullah dalam shalat kusuf, 2/622, no. 904.
Penjelasan Hadis


Ini adalah kisah wanita Himyariyah Israiliyah yang mengurung seekor kucing, tetapi dia tidak memberinya makan dan minum hingga kucing itu mati karena kelaparan dan kehausan. Ini menunjukkan kerasnya tabiat itu, betapa buruk akhlaknya, serta tiadanya belas kasih di hatinya. Dia sengaja menyakiti. Jika di hatinya terdapat belas kasih, niscaya dia melepaskan kucing itu. Dan sepertinya dia mengurungnya sepanjang siang dan malam. Ia merasakan haus dan lapar dengan suara yang memelas minta bantuan dan pertolongan. Suara dengan ciri tersendiri yang dikenal oleh orang-orang yang mengenal suara. Akan tetapi, hati wanita ini telah membatu dan tidak terketuk oleh suara pilu kucing itu. Dia tidak menghiraukan harapan dan impiannya. Suara itu melemah, lalu seterusnya menghilang. Kucing itu mati. Ia mengadu kepada Rabbnya tentang kezhaliman manusia yang hatinya keras dan membatu.

Jika wanita ini ingin agar kucing ini tetap di rumahnya, dia mungkin saja memberinya makan dan minum yang bisa menjaga hidupnya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah menyampaikan kepada kita bahwa kita meraih pahala dengan berbuat baik kepada binatang. Jika dia enggan memberinya makan yang menjaganya dari hidup, maka dia harus melepasnya dan membiarkannya bebas di bumi Allah yang luas. Ia pasti mendapatkan makanan yang bisa menjaga hidupnya. Lebih-lebih, Allah telah menyediakan rizki bagi kucing tersebut dari sisa-sisa makanan orang, begitu pula serangga-serangga yang ditangkapnya.
Perbuatan ini telah mencelakakan wanita tersebut, sehingga dia masuk neraka. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melihat kucing itu memburu wanita yang menahannya di neraka. Bekas-bekas cakaran tergores di wajah dan tubuhnya. Beliau melihat itu manakala surga dan neraka diperlihatkan kepadanya pada saat shalat gerhana.
Pelajaran-Pelajaran dan Faedah-Faedah Hadis

  1. Besarnya dosa orang-orang yang menyiksa binatang dan menyakitinya dengan memukul dan membunuh. Wanita ini masuk neraka karena dia menjadi sebab kematian seekor kucing.
  2. Boleh menahan binatang seperti kucing, burung, dan sebagainya, jika diberi makan dan minum. Jika tidak mampu atau tidak mau, maka hendaknya melepaskannya dan membiarkannya pergi di bumi Allah yang luas untuk mencari rizkinya sendiri.
  3. Di akhirat, manusia diadzab sesuai dengan perbuatannya di dunia. Wanita ini diserang oleh seekor kucing di neraka dengan mencakari tubuhnya.
Sumber:
Diadaptasi dari DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, Shahih Qashashin Nabawi, atauEnsklopedia Kisah Shahih Sepanjang Masa terj. Izzudin Karimi, Lc. (Pustaka Yassir, 2008), hlm. 385 --388.



                                                                                              


Wanita yang Memakai Sepasang Kaki dari Kayu


Pengantar

Ini sebuah kisah Bani Israil yang terjadi pada saat Bani Israil sibuk dengan penampilan palsu yang menyebabkan mereka celaka dan binasa. Ketaqwaan dan keshalihan pada diri mereka telah menipis. Kerusakan menumpuk dan kesibukan terhadap perkara-perkara remeh meningkat. Maka Allah menguasakan musuh mereka atas mereka. Musuh-musuh itu mengalahkan dan menghinakan mereka.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyampaikan kepada kita tentang sebuah bentuk kerusakan dan perhatian terhadap penampilan palsu yang ada di masyarakat Bani Israil. Seorang wanita bertubuh pendek memakai sepasang kaki palsu dari kayu untuk memanjangkan tubuhnya. Dia membuat cincin khusus yang bisa menyimpan minyak wangi di dalamnya agar bisa membangkitkan nafsu kaum laki-laki dengan aromanya manakala dia melewati mereka.

Teks Hadis

Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Abu Said Al-Khudri dari Nabi bersabda, "Ada seorang wanita bertubuh pendek di lingkungan Bani Israil. Dia berjalan di antara dua wanita bertubuh tinggi, maka wanita itu mengambil sepasang kaki palsu dari kayu dan sebuah cincin berongga yang bertutup untuk diisi dengan minyak wangi miski yang merupakan minyak wangi kesturi. Lalu dia berjalan di antara dua wanita yang bertubuh tinggi dan orang-orang tidak mengenalinya. Dia mengibaskan tangannya begini."Dan Syu'bah mengibaskan tangannya.
Dalam riwayat Ahmad, "Jika dia melewati sebuah majlis, maka dia menggerakkan cincinnya hingga aromanya semerbak."

Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dalam Kitab Tauhid dari Abu Said atau Jabir bahwa Nabi berkhutbah dengan khutbah yang panjang. Beliau menyinggung urusan dunia dan akhirat. Beliau mengatakan bahwa kebinasaan Bani Israil pertama kali adalah bahwa seorang istri orang miskin memaksakan diri berpakaian atau bermodel, atau beliau bersabda seperti istri orang kaya. Nabi menyebutkan seorang wanita bertubuh pendek yang memakai sepasang kaki palsu dari kayu dan sebuah cincin yang berongga dan bertutup yang diisi oleh minyak wangi miski. Dia berjalan di antara dua orang wanita yang panjang atau tinggi. Lalu orang-orang mengutus seseorang untuk meneliti, maka dia mengenali dua orang wanita yang bertubuh tinggi dan tidak mengenal wanita yang berkaki palsu dari kayu.

Takhrij Hadis

Diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitab Alfadz Minal Adab wa Ghairiha, bab menggunakan minyak wangi miski, 4/1765, no. 2252. Hadis ini adalah Syarah Shahih Muslim An-Nawawi, 15/410.
Diriwayatkan oleh Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam Silsilah Ahadis Shahihah (2/140). Dan beliau menisbatkannya kepada Ahmad dalam Musnad (3/46).

Penjelasan Hadis

Rasulullah menyebutkan kisah ini dalam sebuah khutbah. Beliau menasehati sahabat-sahabatnya, memperingatkan mereka dari fitnah dunia, mendorong kepada perkara akhirat, dan meminta mereka agar tidak terjerumus kepada perkara di mana Bani Israil telah terjerumus ke dalamnya sebelum mereka. Nabi menjelaskan kepada kita bagaimana awal kerusakan yang menyeret mereka kepada kebinasaan. Orang-orang kaya membelanjakan harta dalam jumlah yang besar demi penampilan, pakaian, perhiasaan, makanan, dan lain sebagainya, juga dalam urusan biaya pernikahan yang mereka perlombakan. Orang-orang miskin meniru gaya orang-orang kaya. Istri orang miskin memaksa suaminya membeli pakaian dan perhiasan seperti yang dibeli oleh orang kaya untuk istrinya.

Kita mengetahui sejauh mana akibat yang menimpa masyarakat karena sikap yang demikian. Seroang suami miskin memikul beban berat yang dia tidak kuasa memikulnya, yang menjadikannya bekerja siang malam demi menjamin ambisi istri. Bisa saja dia tidak mampu melakukannya, maka dia menjual rumahnya atau tanahnya yang menjadi sumber penghasilannya. Hal itu bisa mendorongnya untuk berhutang atau menahan malu akibat meminta-minta. Bisa jadi dia berhutang dengan riba. Hutangnya menumpuk, maka dia tidak mampu melunasinya. Dan masih banyak lagi musibah yang kita saksikan di masyarakat saat ini.

Jika penyakit ini telah menyebar di masyarakat, maka kaum laki-laki dan wanita sibuk mencari bentuk-bentuk penampilan palsu yang menyedot biaya besar dan waktu yang tidak sedikit. Tidak perlu contoh panjang lebar dalam bidang ini. Kehidupan hari ini telah diramaikan oleh banyaknya model dan penampilan pakaian yang bermacam-macam banyaknya yang menarik perhatian. Begitu pula dalam urusan model rambut dan perhiasan.
Di antara hal tersebut adalah apa yang disinggung oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang seorang wanita bertubuh pendek yang begitu menghinakan dirinya sendiri. Ketika dia berjalan di antara dua orang wanita bertubuh jangkung, dia merasa bertambah buruk. Maka dia menemukan cara yang membuatnya kelihatan tinggi, yaitu dengan memakai sepasang kaki palsu dari kayu. Dia juga membuat cincin berongga dan bertutup yang diisi dengan miyak wangi. Dia berjalan di antara wanita jangkung, sehingga dia tidak dikenali. Dia berjalan di perkumpulan kaum laki-laki dia membuka cincinnya dan mengibaskannya, maka aroma harum dari cincin itu menyebar. Wanita ini berhasil menyamar dengan baik, sehingga orang-orang yang memata-matainya tidak dapat mengenalinya.

Yang jelas wanita ini harus bekerja ekstra keras supaya terlihat tinggi. Padahal sebenarnya yang wajib atasnya adalah hendaknya dia rela terhadap ketetapan Allah. Semestinya dia menyadari bahwa Allah tidak melihat kepada penampilan dan kulit manusia, akan tetapi melihat kepada hati dan amal perbuatannya. Berapa banyak orang yang pendek yang menjadi besar di mata manusia dengan amal mereka, karena mereka memiliki perilaku dan sifat mulia. Karena ilmu yang mereka peroleh dan amal perbuatan yang mereka hasilkan dengan baik.

Cara-cara para wanita untuk menyembunyikan kekurangannya semakin maju saja. Rambut palsu atau alami bisa menutup kebotakan dengan rambut indah dan menutup rambut yang jelek. Ada alat kecantikan buatan dan warna-warna yang bisa mengubah tabiat wajah, ditambah pakaian yang menonjolkan sesuatu yang semestinya disembunyikan dan menutup kekurangan dengan cara-cara indah yang bisa dipelajari.
Kita telah terjerumus ke dalam apa yang telah diperingatkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan kita berjalan di jalan yang telah dilalui oleh umat yang binasa sebelum kita. Oleh karena itu, apa yang menimpa mereka juga akan menimpa kita.

Pelajaran-Pelajaran dan Faedah-Faedah Hadis

  1. Di antara bentuk nasihat yang menggugah adalah menceritakan berita dan ksiah orang terdahulu sebagai perintah agar tidak melakukan apa yang mereka lakukan, sebagaimana dalam hadis ini Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memperingatkan kita agar tidak berjalan di atas rel Bani Israil.
  2. Perhatian besar wanita sejak dulu sampai sekarang adalah berpenampilan palsu yang menimpa, seperti wanita yang memakai sepasang kaki palsu agar kelihatan panjang.
  3. Perhatian besar wanita sejak dulu sampai sekarang adalah berpenampilan palsu yang menimpa, seperti wanita yang memakai sepasang kaki palsu agar kelihatan panjang.
  4. Sejauh mana usaha wanita untuk menarik perhatian kaum laki-laki dan menggoda mereka, seperti yang dilakukan oleh wanita ini, dan kaum laki-laki     tergoda oleh hal itu. Siapa yang dilewati oleh wanita ini mengirim orang untuk mengenal siapa dia.
  5. Sejak dahulu manusia mampu berkarya. Orang yang bisa membuat sepasang kaki dari kayu untuk wanita itu agar bisa berjalan di atasnya tanpa terjatuh adalah prakarya yang spektakuler.
  6. Minyak kesturi aldah minyak wangi terbaik, seperti yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallaDi antara bentuk nasihat yang menggugah adalah menceritakan berita dan ksiah orang terdahulu sebagai perintah agar tidak melakukan apa yang mereka lakukan, sebagaimana dalam hadis ini Rasulullah shallm.
Sumber :
Diadaptasi dari DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, Shahih Qashashin Nabawi, atauEnsklopedia Kisah Shahih Sepanjang Masa terj. Izzudin Karimi, Lc. (Pustaka Yassir, 2008), hlm. 394 --396.

Kisah Jibril Menyumpalkan Tanah ke Mulut Fir'aun


Pengantar

Ini adalah kisah yang menjelaskan sejauh mana kebencian Jibril kepada thaghut Fir'aun, sampai ketika Fir'aun berkata, "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil." (Yunus: 90), pada saat dia tenggelam. Jibril khawatir rahmat Allah akan menolongnya, maka Jibril menyumpal mulutnya dengan tanah agar tidak mengucapkannya dengan kalimat tauhid.

Teks Hadis

Tirmidzi meriwayatkan dalam Sunah-nya dari Ibnu Abbas bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Manakala Allah menenggelamkan Fir'aun, dia berkata, 'Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang yang dipercayai oleh Bani Israil.'" (Yunus: 90). Jibril berkata, "Wahai Muhammad, seandainya kamu melihatku mengambil Lumpur laut, lalu aku suapkan di mulutnya karena aku takut rahmat mendapatinya."
Abu Isa berkata, "Ini adalah hadis hasan."


Dalam sebuah riwayat, Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan bahwa Jibril menyumpalkan tanah di mulut Fir'aun karena takut dia mengucapkan 'la ilaaha illallah' lalu Allah merahmatinya atau karena dia takut Allah merahmatinya.
Abu Isa At-Tirmidzi berkata, "Ini adalah hadis hasan shahih gharib dari jalan ini."


Takhrij Hadis

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam Kitab Tafsir, bab dari surat Yunus, 4/287. Lihatlah hadis ini di Shahih Sunan Tirmidzi, 3/61, no. 3320-3321. Muhaqqiq Jami'ul Ushul (2/192) menisbatkannya kepada Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Jarir, dan Abu Dawud At-Thawalisi.


Penjelasan Hadis

Al-Qur'an telah menyampaikan kepada kita secara panjang lebar tentang Fir'aun, tentang kesombongan dan kelalaiannya, tentang sepak terjang dan perilakunya dalam menghadapi kebenaran. Al-Qur'an juga menyampaikan kepada kita tentang turunnya adzab Allah kepadanya dan bala tentaranya. Manakala Allah menenggelamkannya lalu membinasakannya, Jibril hadir untuk menyaksikan. Jibril telah memberitahu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bahwa pada saat Fir'aun tenggelam dia berkata, "Aku percaya bahwa tidak ada Tuhan selain Tuhan yang dipercayai Bani Israil.



http://alislamu.com/kisah-islami/92-kisah-teladan-iman-yang-luhur/2739-kisah-jibril-menyumpalkan-tanah-ke-mulut-firaun.html

Minggu, 27 Mei 2012

Sifat-sifat Orang Munafik

Dalam setiap generasi sepanjang zaman, di dalamnya tidak akan terlepas dari adanya orang-orang munafik dengan model yang berbeda-beda di setiap zamannya. Walaupun orang munafik zaman dahulu dengan munafik zaman sekarang dipisahkan oleh rentang waktu yang jauh, namun pada hakekatnya sangatlah dekat kesamaan mereka. Mereka berbeda zaman tetapi sama dan serupa sifat kemunafikan mereka, yaitu menampakkan sesuatu yang berlawanan dengan hatinya. Pada hati mereka terpendam sisi gelap berupa kekufuran, keraguan dan kerusakan terhadap Islam, tetapi badan mereka berada di sisi lain, yaitu kepura-puraan. Mereka membagus-baguskan perbuatan dan berlagak baik di hadapan lawan mereka yang sedang berkuasa dan mempunyai kekuatan. Di balik kepura-puraan ini mereka bernafsu untuk mendapatkan harta dunia walaupun tidak seberapa. Mereka rela menjual agama mereka dengan imbalan dunia, mereka mengaku beriman padahal dalam hatinya tersembunyi sebuah kekufuran. Allah ta'ala berfirman,

"Katakanlah: "Amat jahat perbuatan yang telah diperintahkan imanmu kepadamu jika betul kamu beriman (kepada Taurat)." (al-Baqarah: 93)"Katakanlah: "Amat jahat perbuatan yang telah diperintahkan imanmu kepadamu jika betul kamu beriman (kepada Taurat)." (al-Baqarah: 93)

Orang munafik mungkin ada di sekitar kita, dengan berbagai baju kebohongannya. Ada orang munafik tetapi bicaranya sangat sopan dan santun, ada juga yang perkataannya berisi keburukan, atau bahkan ada yang menjadi tokoh di masyarakat kita yang jika dia dimintai jawaban dari suatu masalah dia akan menjawab dengan jawaban yang sesat lagi menyesatkan.

Maka, pada tulisan ini kita akan sedikit membahas tentang sifat-sifat orang munafik yang memang dari pendahulunya mereka sudah menghalangi dakwah para Nabi dan menggerogoti keimanan para pengikutnya.

Di antara sifat-sifat orang munafik yaitu:

1. Tidak mau menerima hukum Allah padahal mereka mengaku beriman.

Kepatuhan terhadap hukum Allah mengharuskan adanya kebersihan dan kesucian hati dalam berserah diri untuk menerima hikmah Allah, sekaligus membersihkan hati dari hawa nafsu yang akan mudah dirasuki kemunafikan. Oleh karena itulah mengapa orang-orang munafik sangat sulit untuk berserah diri kepada Allah untuk menerima hukum-hukum yang ditetapkan, bahkan mereka dengan berani mengaku beriman dan ta'at.

Allah ta'ala berfirman mensifati orang-orang munafik,

"Dan mereka berkata: "Kami telah beriman kepada Allah dan rasul, dan kami mentaati (keduanya)." Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya, agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang." (an-Nuur: 47,48)

Allah juga menggambarkan kerusakan hati mereka sehingga tidak mau melaksanakan hukum Allah kecuali jika hal itu mendatangkan kemaslahatan dan keuntungan duniawi bagi mereka,

"Tetapi jika keputusan itu untuk (kemaslahatan) mereka, mereka datang kepada rasul dengan patuh. Apakah (ketidak datangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan rasul-Nya berlaku zalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka itulah orang-orang yang zalim." (an-Nuur: 49-50)

Sebaliknya Allah juga menggambarkan sifat orang beriman yang jauh berbeda dengan orang munafik, Allah berfirman,

"Sesungguhnya jawaban oran-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan ." (an-Nuur: 51, 52)

Orang-orang munafik seperti ini disamping tidak mau menerima hukum Allah, sebaliknya mereka justru menerima dan menjalankan hukum-hukum wadh'i hasil buatan manusia. Mereka lebih menyukai dan mengutamakan hukum wadh'i dari pada hukum Allah ta'ala, padahal mereka mengaku sebagai orang Islam yang beriman secara dhohirnya. Allah ta'ala berfirman,

"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada thaghut , padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. Apabila dikatakan kepada mereka : "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu." (an-Nisa': 60, 61)

Orang munafik melakukan semua ini karena pada hakekatnya tidak ada keimanan yang sesungguhnya di hati mereka, sebagaimana firman Allah ta'ala,

"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya."(an-Nisa': 65)

Seandainya saja pada hati mereka sudah ada keimanan yang sesungguhnya, niscaya mereka tidak akan berhukum dengan hukum-hukum jahiliyah tersebut. Allah berfirman,

"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?" (al-Ma'idah: 50)

2. Menyerukan pemisahan agama dari kehidupan dunia (sekulerisme)

Di antara sifat orang munafik, selain tidak mau menerima hukum Allah mereka juga mengabaikan penerapan syari'at dalam kehidupan sehari-hari. Padahal, syari'at Islam mengandung segala aturan kehidupan yang berfungsi menegakkan kebenaran dan keadilan yang bersumber langsung dari wahyu ilahi, sehingga tujuan utama dari syari'at Islam adalah untuk menjaga kemaslahatan manusia dengan mengatur kehidupan dunia berdasarkan aturan agama. Justru dengan syari'at Islam maka kehidupan seluruh makhluk di dunia ini akan menjadi baik, kecuali jika hati orang-orang munafik telah tertutupi dengan cinta dunia sehingga enggan menerapkan syari'at yang mulia ini.

Lihatlah bagai mana Nabi Syu'aib yang ingin memperbaiki kehidupan kaumnya dengan menunjukkan jalan kebenaran kepada mereka,

"Dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan. Sisa (keuntungan) dari Allah adalah lebih baik bagimu jika kamu orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas dirimu" (Huud: 85, 86)

Orang-orang munafik sangat gencar menyerukan sekularisasi, yaitu memisahkan urusan agama, aqidah atau sholat dengan kehidupan dan pekerjaan. Allah ta'ala berfirman,

"Mereka berkata: "Hai Syu'aib, apakah sembahyangmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal ." (Huud: 87)

Seakan-akan mereka (kaum Nabi Syu'aib) menganggap dakwah Nabi Syu'aib yang mengajak untuk memperbaiki kehidupan dunia dengan agama dan hukum-hukum Allah bukanlah petunjuk yang baik sehingga mereka mendustakannya. Padahal kehidupan dunia ini tidak akan lurus tanpa cahaya Allah dan harapan terhadap ridho-Nya. Allah ta'ala berfirman,

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (al-A'raf: 96)

Bahkan mereka menjadi hamba dunia yang selalu tamak terhadap harta-harta semu di dunia ini.

3. Berpaling dari dzikrullah (mengingat Allah)

Alangkah sempitnya dada orang munafik untuk segala hal yang bisa mengingatkan mereka kepada Allah, kepada kebaikan dan kepada dakwah. Allah ta'ala berfirman,

"Ingatlah, sesungguhnya (orang munafik itu) memalingkan dada mereka untuk menyembunyikan diri daripadanya (Muhammad) . Ingatlah, di waktu mereka menyelimuti dirinya dengan kain, Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka lahirkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati." (Huud: 5)

Nabi Nuh 'alaihissalam ketika berdakwah kepada kaumnya, beliau tidak mendapatkan respon kecuali seluruh kaumnya menolak dan berpaling dari dakwah beliau. Sebagaimana dalam firman Allah ta'ala,

"Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat." (Nuuh: 7)

Pada hakekatnya, sifat enggan orang munafik ini sumbernya adalah rasa kebencian yang mendalam terhadap ayat-ayat Allah sampai-sampai mereka berani menyerang orang yang membacakan ayat-ayat Allah karena begitu bencinya mereka terhadap ayat-ayat-Nya. Allah ta'ala berfirman,

"Dan apabila dibacakan di hadapan mereka ayat-ayat Kami yang terang, niscaya kamu melihat tanda-tanda keingkaran pada muka orang-orang yang kafir itu. Hampir-hampir mereka menyerang orang-orang yang membacakan ayat-ayat Kami di hadapan mereka. Katakanlah: "Apakah akan aku kabarkan kepadamu yang lebih buruk daripada itu, yaitu neraka?" Allah telah mengancamkannya kepada orang-orang yang kafir. Dan neraka itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali." (Al-Hajj: 72)

Oleh karena itu, tidak asing lagi jika orang munafik serasa seperti kejang jika mendengar ayat-ayat Allah karena begitu besar keengganan mereka terhadap segala hal berbau tauhid, dakwah dan kebenaran. Allah berfirman,

"Dan apabila hanya nama Allah saja disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati." (az-Zumar: 45)

Dan bagi orang-orang semacam mereka ini hanyalah penderitaan dan kesempitan dalam dien. Allah berfirman,

"Dan orang-orang yang kafir, maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menyesatkan amal-amal mereka. Yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al Quraan) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka." (Muhammad: 8-9)

Amal-amal mereka akan terhapus sia-sia sekaligus mendapatkan adzab yang sangat pedih di akhirat, Allah berfirman,

"Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila malaikat mencabut nyawa mereka seraya memukul-mukul muka mereka dan punggung mereka? Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan karena mereka membenci keridhaan-Nya, sebab itu Allah menghapus (pahala) amal-amal mereka." (Muhammad: 27-28)

4. Adab yang buruk terhadap Allah dan Rasul-Nya


Mengagungkan Allah berserta semua syari'at-Nya merupakan bentuk ketakwaan hati yang tidak dimiliki oleh orang munafik. Sebagaimana yang kita ketahui, orang munafik sangat buruk adabnya terhadap Allah dan syari'at-Nya, dengan menolak hukum-hukum Allah dan enggan hal-hal yang mengajak untuk mengingatkan diri kepada Allah. Perkataan mereka terhadap Allah sangatlah buruk dan keji sebagaimana yang dilakukan oleh pendahulu mereka yang sama jeleknya, kaum Yahudi yang dengan lantang berkata tentang Allah perkataan yang keji, sebagaimana firman Allah,

"Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan: "Sesunguhnya Allah miskin dan kami kaya". Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka): "Rasakanlah olehmu azab yang membakar." (Ali Imron: 181)

Dan firman Allah,

"Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu" , sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dila'nat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka. Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Qur'an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka." (al-Ma'idah: 64)

Beginilah sifat orang munafik, bahkan mereka berbicara tentang Allah dengan perkataan yang sungguh tidak pantas, Allah berfirman,

"Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: "Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turannya) surat ini?" Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit , maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir." (at-Taubah: 124-125)

Begitu juga mereka berbicara tentang Rasulullah perkataan yang tidak sungguh tidak pantas ditujukan pada seorang nabi mulia, Allah berfirman,

"Di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang menyakiti Nabi dan mengatakan: 'Nabi mempercayai semua apa yang didengarnya.'" (at-Taubah: 61)

Orang munafik menghina dan merendahkan Nabi Muhammad dengan mengatakan bahwa Nabi Muhammad selalu mempercayai apa saja yang didengarnya. Pada ayat selanjutnya Allah membantah dengan firman-Nya,

"Katakanlah: 'Ia mempercayai semua yang baik bagi kamu, ia beriman kepada Allah, mempercayai orang-orang mu'min, dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu.'" (at-Taubah: 61)

Bahkan Allah ta'ala mengancam dengan siksaan yang pedih kepada siapa saja yang menyakiti Rasulullah saw., Allah berfirman,

"Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih." (at-Taubah: 61)

Selain itu, terkadang orang-orang munafik juga sangat buruk adabnya terhadap orang-orang mukmin dan sholeh. Mereka selalu berusaha untuk menyakiti dan menghina orang beriman. Sebagaimana firman Allah ta'ala,

"Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." (at-Taubah: 65)

Bagaimanapun masalah ini sungguh tidak pantas untuk dijadikan senda gurau. Pada hakekatnya, senda gurau yang dilakukan orang-orang munafik ini bertujuan untuk merendahkan dan menghina agama Allah, karena mereka menghina orang-orang mukmin yang membawa agama Allah. Allah ta'ala berfirman,

"Katakanlah: 'Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?' Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa." (at-Taubah: 65-66)

5. Dari perkataan mereka dapat diketahui adanya permusuhan mereka terhadap Allah dan wali-wali-Nya.
Ketika hati orang-orang munafik telah dipenuhi kedengkian terhadap orang mukmin, dan hati mereka sudah tertutupi dengan permusuhan terhadap orang mukmin, maka mereka akan berusaha melampiaskan kebencian yang terpendam dalam hati mereka, lisan-lisan mereka pun menjadi lancar melontarkan kata-kata kebencian yang telah lama mereka pendam terhadap orang mukmin. Allah ta'ala berfirman,

"Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya." (Ali Imron: 118)

Walaupun orang-orang munafik berusaha sekuat tenaga menutup-nutupi rasa dengki dan benci mereka dengan menampakkan hal-hal yang baik, tetapi Allah tetap akan menampakkan kejahatan yang mereka sembunyikan itu. Allah berfirman,

"Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka ?" (Muhammad: 29)

Maka, orang-orang yang berilmu niscaya akan mengetahui kemunafikan mereka dari perkataan, gaya bahasa dan cara mereka berbicara. Allah berfirman,

"Dan kalau Kami kehendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu." (Muhammad: 30)


6. Selalu membuat kekacauan dan tidak memiliki andil ketika negara dilanda kesulitan.
Orang-orang munafik adalah hamba dunia, yang selalu berkeinginan mengeruk keuntungan duniawi. Mereka tidak mengenal tolong menolong, tidak mempunyai kemurahan hati, tidak rela berkorban demi agama dan negaranya.

Jangan kalian kira bahwa orang-orang munafik yang lemah imannya semacam mereka akan bersegera menjawab panggilan jihad layaknya para syuhada'. Jangan kalian tunggu janji mereka untuk berperang karena mereka hanyalah pengecut. Dan janji mereka terhadap Allah untuk menolong agama ini hanyalah palsu belaka. Allah ta'ala berfirman,

"Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata :'Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya'. Dan (ingatlah) ketika segolongan di antara mreka berkata: "Hai penduduk Yatsrib (Madinah), tidak ada tempat bagimu, maka kembalilah kamu'. Dan sebahagian dari mereka minta izin kepada Nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata : 'Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (tidak ada penjaga)'. Dan rumah-rumah itu sekali-kali tidak terbuka, mereka tidak lain hanya hendak lari." (al-Ahzab: 12-12)

Bahkan, ketika disebutkan rencana berperang saja mereka sudah sangat ketakutan seakan-akan akan ditimpa kehancuran dan kematian. Allah ta'ala berfirman,

"Mereka mengira (bahwa) golongan-golongan yang bersekutu itu belum pergi; dan jika golongan-golongan yang bersekutu itu datang kembali, niscaya mereka ingin berada di dusun-dusun bersama-sama orang Arab Badwi, sambil menanya-nanyakan tentang berita-beritamu. Dan sekiranya mereka berada bersama kamu, mereka tidak akan berperang, melainkan sebentar saja." (Muhammad: 20)

Begitulah sifat-sifat orang munafik, walaupun sifat buruk mereka jauh lebih banyak dari pada yang telah disebutkan di atas. Maka sangat mengherangkan jika masih saja ada orang yang mengangkat mereka menjadi wali-wali atau pemimpin-pemimpin. Sungguh Allah telah menjelaskan sifat-sifat mereka dengan gamblang... Hanya kepada Allah lah kita mengadu..

Pejabat Penjilat


Oleh: 

Prof Fauzul Iman


Suatu hari Abu Nawas diundang sultan untuk mengikuti pertemuan di istana yang para menterinya suka bermaksiat dan cenderung korup. Sebelum pertemuan laksanakan, Abu Nawas dipanggil menghadap sultan.

“Wahai Abu Nawas maukah kau aku beri tugas?” tanya Sultan. Abu Nawas menyatakan kesediaannya. “Apa hukumannya kalau kau gagal dalam melaksanakan tugas?” desak Sultan. “Aku siap dihukum 10 kali cambukan,” ujar Abu Nawas.

Sultan pun memerintahkan para dayangnya untuk mempersiapkan pakaian ala kerajaan kepada Abu Nawas. Pertemuan dilakukan esok harinya. Abu Nawas muncul di tengah pertemuan dengan berpakaian ala kerajaan, kecuali pecinya yang kumal dan lusuh.

“Wahai Abu Nawas, mengapa di acara terhormat seperti ini kau pakai peci kumal?” tegur Sultan. “Asal tahu saja Sultan, peci yang saya pakai ini wasiat dari ayahku. Bagi siapa yang tidak pernah maksiat, ia akan mampu membuka peci ini dan merasakan harumnya bau surga,” ujarnya. Raja pun memerintahkan menteri di sebelah kanannya untuk membuka peci Abu Nawas.

Menteri itu segera memenuhi perintah Sultan dan membukanya dengan perasaan gemetar. Tak ada bau surga di dalam peci itu kecuali bau busuk yang menyengat. Tapi, menteri menutupi kebohongannya dan berpura-pura di hadapan Sul tan. 

“Benar Tuan, bau surga di peci itu harum sekali,” ujarnya. Sultan manggut-manggut percaya.

Tidak cukup dengan pengakuan sang menteri ini, Sultan memerintahkan menteri yang duduk di sebelah kiri untuk melakukan hal serupa. Ia juga tak mencium bau harum surga, sebaliknya malah bau busuk yang menyengat. Tapi, ia juga berpura-pura dan mengatakan bahwa baunya harum sekali.

Sultan pun penasaran. Lalu ia berusaha membuka peci Abu Nawas. Namun, tak lama setelah membukanya, Sultan langsung melepaskannya. Ia marah kepada Abu Nawas dan kedua menterinya yang tak jujur. Ia pun memerintahkan kedua menterinya itu dipecat. Abu Nawas, karena berbohong, dihukum dengan 10 kali cambukan.

Kisah di atas mempertontonkan dengan jelas bagaimana nasib nahas itu menimpa para menteri yang suka berbohong, bermaksiat, dan menjilat atasan. Pemecatan itu pun dinilai wajar. Karena diukur dari segi apa pun, tipe menteri penjilat merupakan sosok yang bermental lemah ( soft culture). Mereka malas dan tidak akan mampu berpikir serius ( high culture), apalagi berbuat untuk kemajuan negara dan rakyatnya.

Sikap penjilat telah melunturkan idealisme, membunuh kreativitas, dan mematikan kerja keras. Mereka tak mau pusing dan masa bodoh menyaksikan persoalan kenegaraan yang menantang dan menuntut pemecahan. Bagi mereka, watak penjilat hanyalah media hipokrit (kemunafikan) untuk mencari selamat dan menjunjung pimpinannya agar senang. Sementara urusan negara dan rakyat tak dihiraukan, karena hati dan telinganya telah disumbat oleh hawa nafsu, kesombongan, dan keserakahan. (QS [31]: 7).

Marilah kita singkirkan wa tak penjilat ini. Jangan beri kemudahan untuk membuat kerusakan dan menyebarkan fitnah dan kemunafikan. Sebab, hal ini akan membuat rusak akhlak dan moral bangsa. Wallahu a’lam.


                http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/05/28/m4ph7f-pejabat-penjilat