Keutamaan Hidup Bertetangga
Oleh: Dr HM Harry Mulya Zein
"Barang siapa beriman kepada Allah, dan hari akhir, hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya". (HR Bukhori)
Berbuat baik kepada tetangga menjadi sangat penting dalam ajaran Islam. Hadis di atas menyiratkan bahwa setiap umat Islam diwajibkan untuk terus berbuat baik kepada tetangga dengan menolongnya jika mereka meminta pertolongan, membantunya jika mereka meminta bantuan. Sebagai agama rahmatan lilalamin, dalam berbuat baik kepada tetangga kita diwajibkan untuk tidak memandang dari segi sosial dan suku.
Sebuah firman Allah disebutkan: “Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, keluarga, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga jauh” (QS Al-Nisa (44): 36).
Syekkh Ahmad al-Sadani dalam “Sajian Ruhani Penyejuk Iman (10 resep hidup mulia berdasarkan Al -Quran” menuliskan Sabda Rasulullah SAW: “Tahukan kalian apa hak tetangga? Jika ia meminta bantuanmu, bantulah. Jika ia mendapat musibah hiburlah. Jika ia mendapat kebaikan ucapkanlah selamat keapadanya. Jika ia ditimpa musibah maka hiburlah. Jika ia meninggal maka antarkan jenazahnya.”
Islam memang agama yang luhur dan suci. Keluhuran itu diwujudkan dalam ajaran-ajaran yang suci dan selalu berbuat baik. Sebuah hadis Rasulullah juga melarang jika kita memiliki makanan namun tidak cukup maka tidak boleh dibawa keluar dari rumah, terlebih diperlihatkan ke tetangga.
“Jika kamu membeli buah-buahan hadiahkanlah sebagian kepadanya. Jika tidak mungkin menghadiahkan sebagiannya bawalah masuk buah-buahan itu ke rumahmu secara diam-diam. Jangan biarkan anakmu membawa buahnya itu keluar sehingga anak tetanggamu menangis karena menginginkannya. Apakah kalian memahami apa yang aku katakan? Hanya segelitir orang yang dapat memenuhi hak tetangga yaitu mereka yang dirahmati Allah.”
Begitu tinggi nilai-nilai Islam mengajarkan penganutnya untuk memanusiakan tetangga, siapapun mereka. Untuk mengangkat derajat tetanga. Apapun agama mereka. Sebagai contoh, Islam menganjurkan kepada kita untuk tidak membangun rumah lebih tinggi daripada rumah tetangga sehingga menutup lubang udara kecuali atas izinnya dan tidak mengganggunya dengan bau kotoranmu, tetapi hendaklah kita membuangnya.
Dalam sebuah kisah yang ditulis dalam Kitba Al-Kaba’ir tentang Malik bin Dinar, tokoh sufi. Pada kisah itu ditulis Malik bin Dinar memiliki tetangga seorang Yahudi. Orang Yahudi itu membuat kamar mandi bersebelahan dengan dinding kamar mandi tidur Malik bin Dinar.
Dinding kamar mandi itu rusak sehingga setiap hari kotoran dan najis masuk ke dalam rumah Malik bin Dinar. Setiap hari pula Malik bin Dinar membersihkan rumahnya dan tidak pernah mengatakan apa pun kepada tetangganya.
Akhirnya tetangga itu mengetahui sehingga merasa bersalah lalu mendatangi Malik dan berkata, “Aku telah sering mengganggumu, tapi mengapa kamu bersabar?”
"Barang siapa beriman kepada Allah, dan hari akhir, hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya". (HR Bukhori)
Berbuat baik kepada tetangga menjadi sangat penting dalam ajaran Islam. Hadis di atas menyiratkan bahwa setiap umat Islam diwajibkan untuk terus berbuat baik kepada tetangga dengan menolongnya jika mereka meminta pertolongan, membantunya jika mereka meminta bantuan. Sebagai agama rahmatan lilalamin, dalam berbuat baik kepada tetangga kita diwajibkan untuk tidak memandang dari segi sosial dan suku.
Sebuah firman Allah disebutkan: “Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, keluarga, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga jauh” (QS Al-Nisa (44): 36).
Syekkh Ahmad al-Sadani dalam “Sajian Ruhani Penyejuk Iman (10 resep hidup mulia berdasarkan Al -Quran” menuliskan Sabda Rasulullah SAW: “Tahukan kalian apa hak tetangga? Jika ia meminta bantuanmu, bantulah. Jika ia mendapat musibah hiburlah. Jika ia mendapat kebaikan ucapkanlah selamat keapadanya. Jika ia ditimpa musibah maka hiburlah. Jika ia meninggal maka antarkan jenazahnya.”
Islam memang agama yang luhur dan suci. Keluhuran itu diwujudkan dalam ajaran-ajaran yang suci dan selalu berbuat baik. Sebuah hadis Rasulullah juga melarang jika kita memiliki makanan namun tidak cukup maka tidak boleh dibawa keluar dari rumah, terlebih diperlihatkan ke tetangga.
“Jika kamu membeli buah-buahan hadiahkanlah sebagian kepadanya. Jika tidak mungkin menghadiahkan sebagiannya bawalah masuk buah-buahan itu ke rumahmu secara diam-diam. Jangan biarkan anakmu membawa buahnya itu keluar sehingga anak tetanggamu menangis karena menginginkannya. Apakah kalian memahami apa yang aku katakan? Hanya segelitir orang yang dapat memenuhi hak tetangga yaitu mereka yang dirahmati Allah.”
Begitu tinggi nilai-nilai Islam mengajarkan penganutnya untuk memanusiakan tetangga, siapapun mereka. Untuk mengangkat derajat tetanga. Apapun agama mereka. Sebagai contoh, Islam menganjurkan kepada kita untuk tidak membangun rumah lebih tinggi daripada rumah tetangga sehingga menutup lubang udara kecuali atas izinnya dan tidak mengganggunya dengan bau kotoranmu, tetapi hendaklah kita membuangnya.
Dalam sebuah kisah yang ditulis dalam Kitba Al-Kaba’ir tentang Malik bin Dinar, tokoh sufi. Pada kisah itu ditulis Malik bin Dinar memiliki tetangga seorang Yahudi. Orang Yahudi itu membuat kamar mandi bersebelahan dengan dinding kamar mandi tidur Malik bin Dinar.
Dinding kamar mandi itu rusak sehingga setiap hari kotoran dan najis masuk ke dalam rumah Malik bin Dinar. Setiap hari pula Malik bin Dinar membersihkan rumahnya dan tidak pernah mengatakan apa pun kepada tetangganya.
Akhirnya tetangga itu mengetahui sehingga merasa bersalah lalu mendatangi Malik dan berkata, “Aku telah sering mengganggumu, tapi mengapa kamu bersabar?”
Malik bin Dinar menjawab, “Karena Nabi SAW, berwasiat kepada kami tentang tetangga sehingga kami mengira bahwa tetangga berhak mendapat waris.” orang Yahudi itu akhirnya masuk Islam dan sangat taat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar